Sistem Komunikasi Binatang


Abstrak
Sistem komunikasi binatang merupakan cara-cara unik binatang menyampaikan pesan antar individu yang berupa suara, pola warna, postur, pelepasan energi listrik, sentuhan, pelepasan bau atau berupa kombinasi di atas. Berbeda jenis binatang, maka berbeda pula penyampaian komunikasinya. Sistem komunikasi binatang sebagai contoh sistem komunikasi lebah madu, sistem komunikasi burung, sistem komunikasi lumba-lumba, dan sistem komunikasi simpase. Manusia tidak bisa memahami sistem komunikasi yang dilakukan oleh binatang, karena binatang melakukan hal tersebut dipengaruhi faktor lingkungan dan kebiasaan yang dilakukan oleh binatang tersebut.
Kata kunci: sistem, komunikasi, binatang, bahasa

1.       Pengantar
Sejak zaman dahulu manusia selalu penasaran mengenai bahasa. Asal mula bahasa digunakan, bagaimana manusia purba menggunakan bahasa, mengapa bahasa berbeda-beda, bagaimana penyebarannya dan lain sebagainya. Selain meneliti tentang bahasa, ternyata manusia juga meneliti tentang binatang. Apakah mereka menggunakan bahasa, bagaimana cara binatang berkomunikasi, sarana apa saja yang digunakan untuk mereka berkomunikasi, dan lain sebagainya.
Komunikasi bukan saja menjadi hak mutlak milik manusia, namun semua makhluk hidup juga melakukan komunikasi. Bahkan tanaman. Tanaman melakukan komunikasi dengan mengeluarkan senyawa gas kimia ketika tanaman tersebut diganggu yang kemudian ditangkap tanaman lain agar tanaman lain di sekitarnya melindungi diri.
Tanaman bukan hanya sekedar mahluk pasif yang berakar di satu tempat, mereka mampu melakukan berbagai hal yang sebelumnya dipikirkan hanya dapat dilakukan binatang atau bahkan hanya oleh manusia. Selain itu, tanaman dapat "berbicara" dalam beberapa cara berbeda: melalui bahan kimia yang terbawa udara, senyawa terlarut yang dipertukarkan oleh akar dan jaringan jamur seperti benang, dan bahkan mungkin suara ultrasonik. Tumbuhan, tampaknya, memiliki kehidupan sosial yang baru mulai dipahami oleh para ilmuwan (Cossins, 2014).
Setiap makhluk yang hidup pasti melakukan komunikasi, baik yang bergerak maupun tidak bergerak. Bahkan beberapa hewan yang bukan makhluk sosial atau penyendiri juga membutuhkan komunikasi dengan melihat keadaan sekitarnya untuk mencari makan atau bertahan hidup.
Setiap komunikasi melibatkan (setidaknya) satu pengirim, pesan, dan penerima. Ini mungkin terdengar sederhana, tetapi komunikasi sebenarnya adalah subjek yang sangat kompleks.
Pengiriman pesan dari pengirim ke penerima dapat dipengaruhi oleh banyak hal. Hal ini termasuk media yang digunakan untuk berkomunikasi, ekspresi, emosi, isyarat, dan bahkan lokasi. Kompleksitasnya adalah bagaimana membuat komunikasi menjadi komunikasi yang akurat, efektif dan tidak ambigu ternyata tidak semudah kelihatannya.
. Dari hal tersebut di atas, dapat dimengerti bahwa bahasa memiliki fungsi sebagai sarana untuk menyampaikan pikiran, perasaan dan emosi (Nasution & Haris, 2018, hal. 145)
Bahasa adalah hal yang tidak bisa ditemukan dalam sistem komunikasi binatang. Meskipun binatang bisa mengatakan beberapa kosa kata manusia, namun hal tersebut tidak lain dari menirukan bunyi yang berulang kali diucapkan manusia yang berada di dekatnya. Misalnya, burung beo menirukan suara atau kata ‘tidak’ atau ‘mau’ dan lain sebagainya. Kata-kata tersebut tidak bisa digunakan atau diucapkan pada konteks tertentu alias hanya asal menirukan. Jikapun burung beo tersebut bisa mengucapkan secara tepat pada kondisi tertentu itu disebabkan sudah melalui pelatihan atau rangsangan dari manusia yang berinteraksi dengannya
Dalam ranah Psikolinguistik, kita dapat mempelajari hubungan bahasa dengan pikiran. Psikolinguistik menelisik lebih dalam bagaimana otak bekerja ketika kita memproses bahasa (mendengar, menulis, berbicara). Baik manusia maupun hewan memiliki otak di dalam kepalanya. Manusia bisa berbahasa karena kita memiliki otak yang berbeda dengan makhluk lain. Dalam hal ini, anatomi otak manusia dan hewan kurang lebih sama, namun manusia memiliki Celebrum Cortex yang lebih besar ukurannya daripada hewan (Taher, 2016). Hal inilah yang membuat manusia bisa melakukan hal-hal yang lebih rumit seperti mempelajari bahasa, sementara kemampuan hewan hanyalah sebatas menirukan ujaran manusia.

2.             Pembahasan
Anda mungkin pernah mendengar seseorang berkata bahwa burung-burung berkicau di luar jendela di pagi hari sedang berbicara satu sama lain. Mungkin Anda pernah melihat induk kucing yang memanggil anaknya. Contoh-contoh ini menggambarkan mengapa kita mungkin berpikir hewan memiliki bahasa. Apakah benar hewan memiliki bahasa?
Banyak orang menggunakan istilah komunikasi dan bahasa secara bergantian karena hal tersebut tampak seperti hal yang sama. Namun, itu adalah dua konsep yang berbeda. Komunikasi adalah ekspresi informasi kepada orang lain dan bahasa adalah kemampuan untuk menyatukan kata-kata sedemikian rupa sehingga menjadi kalimat tata bahasa (Roundy, 2019). Apakah memahami perbedaan antara kedua gagasan itu mengubah jawaban Anda terhadap pertanyaan apakah hewan memiliki bahasa atau tidak?
Binatang memiliki cara-cara unik dalam menyampaikan pesan antar individu. Sarana untuk menyampaikan pesan pada binatang disebut dengan sinyal (Bradbury & Vehrencamp, 2019). Sinyal tersebut dapat berupa suara, pola warna, postur, pergerakan, pelepasan energi listrik, sentuhan, pelepasan bau atau berupa kombinasi di atas. Sementara isi dari pesan bisa bertujuan untuk menyampaikan lokasi makanan, ajakan untuk melakukan ritual kawin, alarm tanda bahaya, apresiasi perbuatan baik seperti membantu hewan lain dalam situasi berbahaya, dan lainnya.
Binatang yang mengirimkan sinyal disebut dengan sender `pengirim`, dan yang menerima sinyal disebut receiver `penerima`. Penerima sinyal menggunakan informasi tersebut untuk membantunya dalam berperilaku. Binatang yang memiliki akses informasi yang lengkap selalu dapat memilih keputusan dengan benar. Hal tersebut dapat mempengaruhi perilaku binatang tersebut, entah yang hidup sendiri maupun berkelompok. Misalnya, penerima memutuskan untuk menghadapi ancaman ataukah kabur dari ancaman tersebut. Pada contoh lainnya, penerima sinyal dapat menentukan ada di arah mana makanan berada seperti pada binatang yang berkoloni. Dengan demikian, komunikasi merupakan sumber penting dari informasi tambahan yang dimasukkan ke dalam proses pengambilan keputusan pada perilaku binatang.
 
@Disney 2016

Manusia tidak bisa memahami sistem komunikasi yang dilakukan oleh binatang, karena binatang melakukan hal tersebut dipengaruhi faktor lingkungan dan kebiasaan yang dilakukan oleh binatang tersebut. Misalnya, pada burung yang sudah dipelihara akan berbeda kebiasaannya dengan burung yang ada di alam lepas, dan hal tersebut ternyata juga mempengaruhi cara komunikasi burung tersebut.
Cara komunikasi yang dilakukan oleh setiap makhluk bergerak ada dua macam, yaitu verbal dan non verbal. Sementara manusia, dalam evolusi verbalnya menggunakan bahasa untuk memudahkan komunikasi antar individu. Bahasa adalah alat verbal yang digunakan untuk berkomunikasi, sedangkan berbahasa adalah proses penyampaian informasi dalam berkomunikasi itu (Djojosuroto, 2007, hal. 45). Djojosuroto lebih lanjut juga mengatakan bahwa bahasa merupakan suatu sistem simbol yang tidak hanya merupakan urutan bunyi-bunyi secara empiris, melainkan memiliki makna yang sifatnya non-empiris.
Manusia berbeda dari binatang. Salah satu perbedaan ini dapat ditemukan dalam penggunaan bahasa. Lebih lanjut lagi, tanpa kemampuan berbahasa ini maka manusia tak mungkin mengembangkan kebudayaannya, sebab tanpa mempunyai bahasa maka hilang pulalah kemampuan untuk meneruskan nilai-nilai budaya dari generasi yang satu kepada generasi yang selanjutnya (Nasution & Haris, 2018, hal. 142). Ada perbedaan mendasar dalam bagaimana caranya informasi tersebut disajikan untuk berkomunikasi dan cara informasi itu diorganisasikan dan disajikan dalam ekspresi bahasa. Kita bisa memahami maksud-maksud tertentu dari yang disampaikan orang lain. Namun bahasa yang kita gunakan sehari-hari memiliki aturan tata bahasa yang bisa disimpan di dalam ingatan kita. Kumpulan huruf menjadi kata, kumpulan kata menjadi kalimat yang bisa dimengerti hingga yang paling rumit. Pelafalan dan penulisannya pun ada caranya masing-masing.

2.1 Sistem Komunikasi Lebah Madu
Lebah madu adalah serangga yang berkoloni, sama dengan semut dan rayap. Setiap lebah madu memiliki tugas masing-masing sesuai dengan peranannya. Ada ratu lebah yang selalu bertelur sepanjang hidupnya, lebah pekerja yang memanen serbuk sari dan nektar untuk dibuat madu, lebah pengintai yang akan mencari lokasi dari serbuk sari dan nektar, lebah perawat yang akan merawat lebah-lebah muda dan baru menetas, sementara lebah prajurit akan menjaga sarang dari serangan makhluk asing.
Selain kemampuan organisasi mereka yang efektivitas dalam mengoperasikan sarang yang kompleks namun efisien, lebah madu dapat juga membangun berbagai jenis komunikasi yang menarik. Bagaimana cara lebah madu berkomunikasi?
Lebah madu menggunakan feromon, gerakan, dan bahkan pertukaran makanan untuk berbagi informasi (Hadley, 2019). Feromon digunakan lebah sebagai komunikasi utama dan terbagi menjadi berbagai macam. Masing-masing feromon memiliki fungsi yang berbeda. Seekor lebah mengeluarkan feromon tertentu, mengindikasikan keinginan tertentu. Misalnya, lebah prajurit mengeluarkan feromon khusus untuk menandakan bahaya atau ancaman. Feromon lain berfungsi untuk menandai bunga, menunjukkan pada lebah lain bahwa nektar dari bunga tersebut telah diekstraksi. Lebah ratu melepaskan feromon untuk menstimulasi lebah perawat merawat lebah muda dan yang baru menetas. Fungsi lain feromon untuk menunjukkan sumber air dan atau pintu masuk sarang. Saat bergerak, lebah juga melepaskan feromon agar jika ada lebah yang terpisah tidak tersesat.
Feromon juga digunakan lebah pengintai untuk menandai bunga. Lebah pengintai juga melakukan serangkaian gerakan, sering disebut sebagai "tarian bergoyang", untuk memberi tahu lebah pekerja lokasi sumber makanan. Lebah pengintai terbang dari sarang untuk mencari serbuk sari dan nektar. Jika berhasil menemukan persediaan makanan yang baik, lebah pengintai kembali ke sarang dan “menari”.
Arah komunikasi menjadi lebih kompleks, karena lebah menari menyejajarkan tubuhnya ke arah makanan relatif terhadap matahari. Seluruh pola tarian adalah angka delapan, dengan lebah mengulangi bagian lurus dari gerakan itu setiap kali ia berputar ke tengah lagi. Lebah madu menggunakan dua variasi “tarian bergoyang” untuk mengarahkan lebah pekerja ke sumber makanan yang lebih dekat ke sarang. Selain itu, ada tarian bundar merupakan serangkaian gerakan melingkar yang sempit, memperingatkan anggota koloni tentang keberadaan makanan dalam jarak 50 meter dari sarang. Tarian ini hanya mengomunikasikan arah pasokan makanan, bukan jarak. Tarian pola bergerak berbentuk bulan sabit, memperingatkan lebah pekerja akan pasokan makanan dalam jarak 50-150 meter dari sarang.

2.2 Sistem Komunikasi Burung
Nyanyian burung bisa menenangkan dan menginspirasi, tetapi burung bernyanyi lebih dari sekadar keindahannya. Menurut Mark Danenhauer (2017), burung menggunakan nyanyian, warna, dan perilaku untuk berkomunikasi satu sama lain. Tujuan dari komunikasi tersebut adalah untuk menakuti predator atau memperingatkan burung lain tentang bahaya, untuk menarik pasangan, untuk mempertahankan wilayah dan lain sebagainya.
Kemampuan untuk berkomunikasi dengan individu lain sangat penting bagi kehidupan kebanyakan hewan. Hewan yang berbeda jenis, berkomunikasi dengan cara yang berbeda pula, ada yang vokal dan banyak yang tidak vokal. Burung berkomunikasi melalui kedua jenis dan melakukannya karena berbagai alasan. Tidak seperti manusia, burung tidak dapat mengkomunikasikan pemikiran kompleks dengan kata-kata yang mereka gunakan. Sebaliknya, mereka terkadang menggunakan panggilan dan tampilan yang kompleks.
Kedua jenis cara berkomunikasi burung melalui suara adalah suara panggilan dan suara nyanyian. Suara panggilan adalah suara pendek yang seacara alami berasal dari burung. Sebaliknya, lagu jauh lebih kompleks dan harus dipelajari oleh burung (Danenhauer, 2017).
Selain menggunakan suara atau nyanyian, burung juga menggunakan warna bulunya dan perilaku untuk berkomunikasi. Misalnya burung merak yang memamerkan bulu indahnya untuk menarik betina atau menghalau musuh. Burung cendrawasih kerah jantan akan mengembangkan bulu di sekitar kepalanya dan melakukan tarian untuk memikat betina.
Seekor burung nuri bernama Alex sempat menghebohkan dunia karena kecerdasannya dalam mengujarkan kata-kata dalam bahasa Inggris. Alex juga mahir menyebutkan angka, warna dan nama-nama benda yang dilihatnya. Tetapi, Alex tidak bisa dijadikan bukti bahwa dia bisa berbahasa karena burung nuri hanya menghafal dan mengikuti apa yang dicontohkan dan diajarkan manusia. 
Menurut Erich Jarvis dari Universitas Duke di Durham, Negara Bagian North Carolina, Amerika Serikat, kuncinya ada pada otak bagian depan. Terutama bagian sirkuit otak yang mengontrol otot untuk menghasilkan suara, dan hanya beberapa hewan yang memilikinya. Dalam sebuah makalah pada 2004 lalu, Jarvis menggambarkan bagian otak depan yang memiliki hubungan langsung dengan otot suara pada manusia dan burung beo. Sirkuit otak ini membantu mereka untuk mempelajari suara-suara baru, dan kemudian mengontrol otot saluran vokal mereka untuk memproduksi suara tersebut. Upaya binatang-binatang tersebut untuk berbicara seperti kita membuat mereka sangat menarik. Tetapi bisakah mereka benar-benar "berbicara" seperti kita? Bukan hanya masalah membuat suara. Untuk dihitung sebagai berbicara, hewan harus mengerti apa artinya.

2.3 Sistem Komunikasi Lumba-Lumba
Lumba-lumba memiliki pola komunikasi kompleks yang melibatkan penggunaan berbagai macam suara, termasuk siulan dengan frekuensi termodulasi, suara klik, dan suara burst-pulse. Meskipun komunikasi lumba-lumba sering ditandai dengan penggunaan suara, mereka juga menggunakan bahasa tubuh untuk berkomunikasi satu sama lain dan juga dengan manusia.
Siulan frekuensi termodulasi menjadi ciri khusus komunikasi mamalia ini. Setiap lumba-lumba memiliki suara siulan unik yang membantu mereka mengidentifikasi satu sama lain. Anak lumba-lumba bahkan dilatih untuk mengidentifikasi siulan ibu mereka saat baru lahir.
Suara klik terutama memfasilitasi proses echolocation dimana lokasi suatu objek ditentukan berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk suara klik memantul dari objek kembali menuju ke lumba-lumba. Saat mencari makan, frekuensi klik meningkat seiring lumba-lumba mendekati target. Suara klik lumba-lumba adalah yang paling keras di antara spesies laut.
Adapun suara burst-pulse membantu lumba-lumba menjaga tingkat agresi mereka agar tetap terkontrol. Suara ini digunakan untuk membangun dan mempertahankan posisi mereka dalam hirarki sosial.
Lumba-lumba sangat banyak omong. Tidak hanya bersiul dan berdecak, satwa ini juga mengeluarkan beragam suara keras sekaligus yang disebut “bunyi rentetan” untuk memarahi anaknya dan mengusir hiu. Para ilmuwan yang mendengarkan suara-suara itu telah lama menduga-duga artinya. Buat apa makhluk berotak besar yang sangat sosial ini repot-repot mengoceh di dalam air, jika bunyi itu tidak ada maknanya. Sayangnya, penelitian selama sete­ngah abad belum bisa menyimpulkan satuan dasar bunyi lumba-lumba, apalagi tata bahasanya (Foer, 2015).

2-4 Sistem Komunikasi Simpase
Kedekatan serta kemiripan manusia dengan simpanse rupanya tidak hanya berlaku dalam hal taksonomi dan struktur kerangka saja. Gerakan dan ekspresi yang digunakan oleh simpanse juga mematuhi beberapa prinsip yang sama dengan manusia.
Simpanse tidak bisa menggunakan bahasa dalam setiap komunikasi, komunikasi yang dilakukan antar sesamanya menggunakan isyarat dan teriakan-teriakan. Sama halnya dengan hewan lain, tujuan penggunaan isyarat dan teriakan pada simpanse adalah untuk mencari makan, menandai daerah kekuasaan, peringatan bahaya, menunjukkan perasaan dan lain sebagainya.
Simpanse adalah makhluk sosial, di dalam kelompoknya ada seorang pemimpin. Meskipun di awal dikatakan cara komunikasi simpanse adalah melalui isyarat, namun berbeda dengan isyarat yang dilakukan manusia. Sebab isyarat pada manusia lebih kompleks sebab keperluan yang beragam.
Seekor simpanse dapat mempelajari kata-kata ‘apel’ dan ‘lapar’ dan menggunakannya secara tepat dalam bahasa isyarat untuk menyampaikan sebuah ide. Namun, simpanse tersebut tidak bisa belajar untuk mengekspresikan ide ini sebagai 'Saya melihat sebuah apel dan saya ingin memakannya'. Kata-kata tambahan ini tidak masuk akal bagi simpanse, tetapi mereka membantu manusia memproses informasi dengan lebih jelas. Dengan kata lain, seekor binatang dapat berkomunikasi tetapi hanya manusia yang menggunakan bahasa dalam arti sebenarnya.
Pada di atas menggambarkan bahwa simpase memang tidak memiliki sistem bahasa yang rumit dan memiiki aturan tertentu seperti manusia dalam berkomunikasi. Padahal, jika dilihat dari organ vokal yang dimiliki hewan tidaklah berbeda dengan manusia. Oleh karena itu, ada beberapa hewan yang bisa dilatih menirukan bahasa-bahasa tertentu karena organ vokalnya memungkinkan untuk meniru ujaran manusia.

3.           Penutup
Berdasarkan pembahasan di atas dapat diketahui “Sistem Komunikasi Binatang” sangatlah kompleks dan tidak serta merta bisa disamakan dengan bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi pada manusia. Pada buku tulisan Kinayati Djojosuroto hanya digambarkan cara binatang berkomunikasi, namun tidak menjelaskan perbedaan dan persamaan sistem komunikasi pada manusia dan binatang.
  

4.        Daftar Pustaka

Bradbury, J. W., & Vehrencamp, S. L. (2019, February 26). Animal communication. (Encyclopædia Britannica, inc.) Dipetik October 06, 2019, dari Encyclopædia Britannica: https://www.britannica.com/science/animal-communication
Cossins, D. (2014, January 01). Plant Talk. Dipetik November 06, 2019, dari The Scientist: https://www.the-scientist.com/features/plant-talk-38209
Danenhauer, M. (2017, July 26). Birds Communicate In Many Ways – Do You Know How? Dipetik November 08, 2019, dari Jake's Nature Blog: https://jakesnatureblog.com/2017/07/26/birds-communicate/
Descartes, Rene (2015). Diskursus dan Metode. Yogyakarta: IRCiSoD
Dinora, Aloysius G (2017). Aristoteles Socrates Plato Biografi Filsuf Yunani Paling Berpengaruh. Yogyakarta: Sosiality
Djojosuroto, K. (2007). Filsafat Bahasa. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher.
Gie, Liang (2000). Pengantar Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Liberty.
Hadley, D. (2019, July 03). How Honey Bees Communicate. Dipetik November 07, 2019, dari Thoughtco Web site: https://www.thoughtco.com/how-honey-bees-communicate-1968098
Kaelan (2017). Filsafat Bahasa Semiotika dan Hermeneutika. Yogyakarta: Paradigma
Mustansyir, Rizal, dkk  (2013). Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Nasution, M. A., & Haris, R. M. (2018). Filsafat Ilmu. Depok: Rajawali Pers.
Roundy, L. (2019). Animal Communication & Language. Dipetik October 6, 2019, dari Study: https://study.com/academy/lesson/animal-communication-language.html
Suriasumantri, Jujun  (2009). Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan
Taher, A. (2016, Desember 13). Apakah Hewan Berbahasa Seperti Manusia? Dipetik November 04, 2019, dari Kompasiana Web site: https://www.kompasiana.com/arditaher/55d55d28cb23bd2707381053/apakah-hewan-berbahasa-seperti-manusia?page=all
Zaprulkhan. (2019). Filsafat Ilmu Sebuah Analisis Kontemporer. Depok: Rajawali Pers.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

ANALISIS SEMANTIS IDIOM BAHASA JEPANG YANG MENGGUNAKAN LEKSEM TANGAN

Kamus Onomatope Bahasa Jepang