ANALISIS SEMANTIS IDIOM BAHASA JEPANG YANG MENGGUNAKAN LEKSEM TANGAN


Ita Fitriana
Japanese Department
Jenderal Soedirman University
Purwokerto, Indonesia
fitriana_ita@yahoo.com


ABSTRACT

      This research is aimed to explain relation of lexical meaning and figurative meaning on Japanese idiom which use part of body`s hand as well as to find out the change meaning of hand on Japanese idiom. The conclusion of the semantic analysis on Japanese idiom which use part of body`s hand is: (1) Japanese idiom have two syntaxes that is positive verb and negative form. (2)  te + ga + Adj.  structure syntaxes`s idiom doesn`t have negative form. (3)   one idiom possibly have different meaning (4) idiomatic meaning can be find out when right substance with left substance have compared.
Keyword: Idiom, Hand, Analysis, Semantic

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
      Salah satu hal yang menarik dari bahasa Jepang ialah adanya idiom-idiom yang menggunakan nama bagian tubuh sebagai pembentuknya. Sebagai contoh idiom yang sering muncul dalam percakapan sehari-hari, yaitu te ga hayai. Dilihat dari unsur kata pembentuknya idiom ini menggunakan nama bagian tubuh te ‘tangan’. Idiom yang demikian disebut dengan istilah idiom yang menggunakan nama bagian tubuh [1], atau ada pula yang menyebutnya sebagai ungkapan yang berdasarkan nama bagian tubuh [2]. Idiom yang menggunakan nama bagian tubuh ini merupakan salah satu jenis idiom dalam bahasa Jepang. Definisi idiom dalam buku berjudul Arti dan Cara Penggunaan Idiom adalah sebuah bentuk kombinasi atau pasangan kata yang terdiri dari dua kata atau lebih, yang kombinasinya relatif ketat, yang keseluruhannya membentuk satu makna yang telah ditetapkan dan menjadi pemahaman umum (Miyaji, 1984:238). Sedangkan didalam Kojien `Kamus Kojien` pengertian idiom adalah dua kata atau lebih digabungkan atau dipakai secara tepat; gabungan kata tersebut mengungkapkan suatu makna yang tetap (1976:508).
Berdasarkan pengertian di atas dapat diperjelas bahwa idiom dalam bahasa Jepang mempunyai beberapa batasan yaitu susunan kata yang membentuk pasangan kata baru tersebut tidak dapat diubah, tidak dimungkinkannya penambahan kata atau sisipan kata, serta makna yang muncul hanya ada karena gabungan kata-kata tersebut dan konstruksi maknanya tidak sama dengan gabungan makna kata-kata pembentuknya.
Pengertian idiom dalam bahasa Jepang tersebut tidak berbeda dengan pengertian idiom dalam bahasa Indonesia. Di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, Idiom mempunyai arti sebagai kata atau kelompok kata yang khusus yang mempunyai arti kiasan (Badudu dan Zain, 1994:525). Sedangkan menurut Harimurti Kridalaksana, idiom diartikan sebagai konstruksi yang maknanya tidak sama dengan gabungan makna anggota-anggotanya (1993:80).
Seperti pada contoh te ga hayai, idiom ini terbentuk dari dua kata, yaitu nomina te ‘tangan’ dan adjektiva hayai ‘cepat’ yang dihubungkan oleh partikel ga. Parikel ga pada idiom ini merupakan penanda kasus nominatif. Sehingga secara gramatikal idiom ini mempunyai makna ‘tangannya cepat’, atau ’tangan tidak lambat’. Akan tetapi, makna idiom ini tidak sama dengan makna gabungan kata-kata pembentuknya. Hal itu dapat dilihat pada penggunaannya di dalam kalimat berikut.

(1)    Ano otoko    wa   onna              ni  te            ga   hayai
Laki-laki itu         N-perempuan      N-tangan        Adj.-cepat       
    
Kalimat di atas tidak diterjemahkan menjadi ‘laki-laki itu tangannya cepat terhadap perempuan.’ Tetapi terjemahan yang benar dari kalimat di atas adalah ‘laki-laki itu mudah tertarik pada perempuan.’ Dengan demikian, idiom te ga hayai mempunyai makna ‘mudah tertarik’.
Makna idiom yang tidak sama dengan gabungan makna kata-kata pembentuknya disebut dengan makna kiasan[3]. Sementara, makna unsur-unsur bahasa sebagai lambang benda, peristiwa, dan lain sebagainya disebut dengan makna leksikal[4]. Dengan demikian, makna leksikal idiom te ga hayai adalah ‘tangannya cepat’, sementara makna kiasannya adalah `mudah tertarik’.
Dalam Kata dan Ungkapan Bahasa Jepang disebutkan bahwa idiom yang menggunakan nama bagian tubuh adalah ungkapan yang maknanya secara keseluruhan atau sebagian tidak hanya menunjuk langsung pada bagian tubuh tersebut, baik tentang keadaan ataupun kerja bagian tersebut; tetapi lebih banyak digunakan untuk menggambarkan dan atau mengilhami keadaan atau kerja suatu hal lain (Suzuki, 1990:155).
Seperti pada contoh idiom, yaitu te ga hayai yang mempunyai makna leksikal ‘tangan yang cepat’, makna kiasan adalah ‘mudah tertarik’, maka dapat dilihat bahwa idiom te ga hayai tidak secara langsung menunjuk bagian tubuh te  ‘tangan’, tetapi digunakan untuk mengungkapkan sifat/karakter seseorang yaitu mudah tertarik kepada orang atau sesuatu hal.
Miyaji(1984:253) menyebutkan bahwa idiom bahasa Jepang yang menggunakan nama bagian tubuh merupakan salah satu bentuk idiom yang digunakan sebagai ungkapan pengiasan. Menurut Mustansyir (1988:143), suatu ungkapan metaforis (pengkiasan) tidak dapat begitu saja melepaskan diri dari arti yang sesungguhnya, atau arti harfiah kata-kata yang dipergunakan dalam ungkapan metaforis tersebut. Arti atau maksud yang dikandung ungkapan metaforis tersebut, erat kaitannya atau ada keselarasannya dengan situasi, keadaan yang melingkupi ataupun yang berlaku terhadap ungkapan yang diajukan. Berdasarkan makna idiom te ga hayai seperti yang disebutkan di atas, dapat dilihat bahwa terjadi perubahan makna pada kata te, karena pada masing-masing idiom tidak bermakna ‘tangan’.

1.2 Tujuan Penelitian
        Penelitian yang akan dilakukan mengenai idiom bahasa Jepang yang menggunakan nama bagian tubuh tangan ini mempunyai tujuan seperti yang diuraikan berikut.
  1. Mendeskripsikan keterkaitan antara makna leksikal idiom bahasa Jepang yang menggunakan nama bagian tubuh tangan dengan makna kiasannya.
  2. Mendeskripsikan perubahan makna nama bagian tubuh te ‘tangan’ yang digunakan dalam pembentukan idiom bahasa Jepang.
  3. Mendeskripsikan situasi, hal, atau keadaan yang diungkapkan idiom bahasa Jepang yang menggunakan nama bagian tubuh tangan.
1.3 Tinjauan Pustaka
Miyaji (1984:247) membedakan idiom menjadi beberapa jenis berdasarkan jenis katanya, perbendaharaan katanya, dan bentuknya. Berdasarkan perbendaharaan katanya, idiom antara lain dibedakan menjadi shintaigoi no kanyooku `idiom yang menggunakan nama bagian tubuh`. Ciri khas idiom ini adalah penggunaan nama-nama bagian tubuh sebagai salah satu kata dalam pembentukannya. Hampir semua nama bagian tubuh (manusia) dapat digunakan untuk membentuk idiom akan tetapi, Miyaji  menambahkan bahwa yang lebih banyak digunakan adalah nama-nama bagian tubuh yang secara jelas terlihat dari luar dan berhubungan langsung dengan dunia luar. Hal tersebut disebabkan adanya asumsi bahwa kerja bagian-bagian tubuh tersebut juga terlihat langsung dari luar, sehingga dalam ungkapan pengiasan lebih mudah untuk mengungkapkan atau menegaskan sesuatu hal.
Menurut Miyaji, idiom bahasa Jepang yang menggunakan nama bagian tubuh juga merupakan salah satu bentuk ungkapan pengiasan atau suatu fenomena yang terjadi secara alamiah. Hal tersebut menurutnya dikarenakan dalam hidup manusia di dunia ini hal yang paling penting adalah hal yang berhubungan dengan tubuh manusia. Sehingga ungkapan-ungkapan pengiasan banyak dihubungkan dengan tubuh manusia (1984:253).
Suzuki (1990:156) menyatakan bahwa idiom yang menggunakan nama bagian tubuh merupakan suatu ungkapan yang mengandung satu unsur bagian tubuh manusia yang tidak hanya menunjuk secara langsung keadaan atau kerja bagian tersebut, tetapi secara tidak langsung juga mengungkapkan sesuatu hal yang menyebabkan keadaan atau peristiwa tersebut.
Yamanashi (1999:21) Teori Tata Bahasa Kognitif menjelaskan mengenai perubahan makna kata te ‘tangan’ berdasarkan metafora dan metonimia. Menurutnya makna-makna kata te ‘tangan’ yang terdapat di dalam kamus merupakan makna kata te yang telah mengalami proses perubahan, baik berdasarkan kesamaan atau kemiripan makna, merupakan kedekatan makna antara makna leksikal dengan makna kiasannya.

BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Tahap Analisis Pertama: Membandingkan Makna Leksikal dengan Makna Kiasan
Tahap analisis pertama akan dilakukan dengan membagi data menjadi lima kelompok berdasarkan struktur sintaksisnya.
2.1.1 Analisis Idiom Berstrktur Sintaksis Te + ga + Adj.`i`
Dalam idiom bahaasa Jepang, yang salah satu unsur sintaksisnya menggunakan adjective, hanya adjective `i` saja yang terdapat dalam idiom bahasa Jepang. Berdasarkan data yang penulis peroleh, tidak terdapat struktur sintaksis  yang menggunakan adjective `na`.
(1) Te            ga    hayai         
N-tangan                Adj.-cepat
     `tangannya cepat`

Makna leksikal dari idiom te ga hayai adalah `tangannya cepat`. Sementara makna kiasannya memililiki tiga pengertian. Ketiga pengertian tersebut adalah:
1.a. sugu ni josei ni te o dasu, onna to  
    sugu ni kankei o musubu

`cepat menggaet perempuan, mudah menjalin hubungan dengan perempuan`
1.b. shigoto ga hayai mono goto no
    shori ga tekibaki shite binshoku 
    de aru, jinsoku

`cepat dalam pekerjaan, mengerjakan sesuatu dengan cepat`

1.c  sugu, naguru nado booryoku o
    furuu tachi de aru
  `cepat melakukan tindak kekerasan`

Berikut ini merupakan penjelasan dari ketiga makna kiasan tersebut:
(1.a) Makna kiasan pertama dari  idiom te ga hayai yaitu orang yang cepat menggaet perempuan sangat berhubungan dengan cepatnya tangan orang tersebut dalam menjalin hubungan dengan perempuan. Sementara dalam buku idiom Bahasa Jepang disebutkan bahwa te ga hayai mempunyai arti `cepat mencolek perempuan`. Sehingga klausa te ga hayai `tangannya cepat` dapat disamakan dengan sikap yang menandakan bahwa seseorang yang mudah menggaet perempuan atau mudah nya orang tersebut dalam menjalin hubungan dengan perempuan
Contoh kalimat yang menggunakan idiom ini, adalah:
a.      Ano otoko            wa  
     N-anak laki-laki itu          
    onna           ni     te
    N-perempuan                 N-tangan  
   ga     hayai.                                         
           Adj.-cepat  
                           
 `laki-laki itu mudah tertarik  pada perempuan`

b.     Kare,        Yoko    to   
N-dia (laki-laki)      N-Yoko   dengan
tsukiai       hajimetano?
N-pergaulan     V-trns.memulai
te       ga   hayai    yatsu da.                    
N-tangan        Adj.-cepat   N-orang        

`dia (laki-laki) menjalin hubungan dengan Yoko? Benar-banar lelaki yang mudah tertarik  pada perempuan`
c.    Raten no   otoko      wa
N-orang latin      N-laki-laki
  te ga    hayai
N-tangan      Adj.-cepat

`cowok latin mudah menggaet perempuan`
d.   kinoo wa   Karurosu   ga  
   Kemarin       N-Carlos            
home     joozu da   to iu 
N-pujian     adj.-pintar     dikatakan
ohanashi    o    shimashita     ga
N-pembicaraan          V-trns-melakukan
kyoo   wa    te          ga
hari ini           N-tangan
hayai    kadooka      ni  tsuite
adj.-cepat   benar atau tidaknya  tentang
koosatsu shitemimashoo
N-peninjauan V-mari lakukan percobaan

`kemarin dikatakan bahwa Carlos pintar merayu, namun hari ini kita buktikan saja benar atau tidaknya kalau Carlos mudah menggaet perempuan`
(1.b) Makna kiasan kedua, dari idiom te ga hayai digunakan untuk mengungkapkan kecekatan seseorang dalam menangani suatu pekerjaan, dan kecekatan orang tersebut sesuai dengan sigap dan tanggap nya tangan yangdimiliki untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Hal ini sesuai dengan perubahan makna kata te `tangan` yang berubah makna menjadi `kemampuan`.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa makna leksikal idiom te ga hayai memiliki keterkaitan dengan makna kiasannya karena menunjukkan keadaan tangan pada situasi yang diungkapkan makna kiasannya.
Contoh kalimat yang menggunakan idiom ini, adalah:
a.    Ano hito  wa   te            ga
N-orang itu            N-tangan        
hayai         node
Adj.cepat      karena
shigoto         ga     hayaku
N-pekerjaan                Adj.cepat             
owaru
V-intrns.-selesai     

`karena orang itu cepat dalam mengerjakan sesuatu, maka pekerjaan nya cepat selesai`
b.    Ano otoko       wa        kuchi                                   
 N-laki-laki itu N-mulut                        yori        mo           te
dibandingkan    juga              N-tangan   
no hoo        ga   hayai
cenderung                Adj.cepat
                                                               
`laki-laki itu lebih banyak bertindak dari pada berbicara`
(1.c) Sedangkan makna kiasan yang ketiga dari idiom ini digunakan untuk mengungkapkan suatu tindakan kekerasan seseorang terhadap orang lain, dan tindak kekerasan tersebut tegantung dari cepat nya tangan seseorang dalam melakukan aksinya. Hal ini sesuai dengan perubahan makna kata te `tangan` yang berubah makna menjadi `kemampuan`, yaitu mampu melakukan tindak kekerasan dengan cepat.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa makna leksikal idiom te ga hayai memiliki keterkaitan dengan makna kiasannya.
Contoh kalimat yang menggunakan idiom ini, adalah:
a.    Otto   ga       tsuma     ni   
N-suami               N-istri          
taishite   te          ga    hayai 
terhadap    N-tangan             Adj.Cepat
no          wa     mondai da.                      
                               N-masalah   
`suami yang ringan tangan terhadap istri merupakan suatu permasalahan`
b.     Ani ga           imooto
N-kakak laki-laki  N-adik perempuan                ni      taishite  yoku  
        terhadap    sering 
te           ga   hayai
N-tangan                Adj-cepat
                                                 `kakak laki-laki yang sering ringan tangan terhadap adik perempuannya`
(2) Te         ga      warui        
   N-tangan                  Adj-jelek             
     `tangannya jelek`
Makna leksikal dari idiom te ga warui adalah `tangannya jelek`. Sementara makna kiasan dari idiom te ga warui, memiliki tiga pengertian. Pengertian ketiga makna kiasan tersebut adalah
(2.a) yari kata ga yokunai, shitsu ga warui
`cara pengerjaan yang buruk, kualitas yang buruk`
(2.b)  ji ga heta de aru, aku hitsu da
`bodoh dalam hal penulisan, tulisan yang jelek`
(2.c) toranpu ya majang de, mochisatsu ya haihai ga yokunai
`tidak mahir dalam permainan judi kartu maupun mahyong`
Berikut ini merupakan penjelasan dari ketiga makna kiasan tersebut:
(2.a) Makna kiasan pertama dari idiom te ga warui ini digunakan untuk mengungkapkan suatu ketidakmampuan seseorang dalam menangani suatu pekerjaan. Karena penanganan pekerjaan tidak berjalan lancar maka tangan yang melakukan pekerjaan tersebut dikatakan tangan yang buruk, sebab tangan tersebut memiliki kualitas yang buruk dalam bekerja. Hal ini sesuai dengan perubahan makna kata te `tangan` yang berubah makna menjadi `kemampuan`. Namun, karena dalam idiom ini mengandung kata warui (buruk), maka perubahan maknanya pun menjadi berlawanan, yaitu tidak mampu.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa makna leksikal idiom te ga warui memiliki keterkaitan dengan makna kiasannya karena menunjukkan keadaan tangan pada situasi yang diungkapkan makna kiasannya.
Contoh kalimat yang menggunakan idiom ini, adalah:
a.    Tanaka sensei     wa            
   N-Pak Tanaka
  Kanji wo    oshieru       
  N-kanji        Vtrns-mengajar              
 no wa  te ga              warui
          N-tangan                 Adj-buruk
                                                               
`cara mengajar Kanji Tanaka Sensei buruk`
b.    Konnkai    no       purojekkuto
Kali ini                                      N-proyek
wa        shippai          ni
             N-kekhawatiran
owatta.                             Riyuu
Vintrns-selesai             N-alasan
wa   sekininsha                wo
      N-penanggung jawab
hajime         kakawatta                 
N-permulaan        Vintrns-terlibat  
hitotachi       no     te        ga
N-orang-orang                N-tangan
warukatta kara da.
Adj-buruk                                                                                                                               
`proyek kali ini berakhir dengan kegagalan. Alasannya berawal dari penanganan penanggung jawab yang buruk dan orang-orang yang terlibat dalam proyek ini`
(2.b) Seperti halnya dengan pengertian yang pertama, idiom ini juga digunakan untuk mengungkapkan suatu ketidakmampuan seseorang dalam menangani suatu pekerjaan. Namun dalam hal ini dikhususkan pada penulisan. Menulis hanya bisa dilakukan oleh tangan. Dengan demikian, bagus atau jeleknya suatu tulisan tergantung dari kemampuan tangan. Hal ini sesuai dengan perubahan makna kata te `tangan` yang berubah makna menjadi `kemampuan`. Namun, karena dalam idiom ini mengandung kata warui (buruk), maka perubahan maknanya pun menjadi berlawanan, yaitu tidak mampu, tidak mampu menulis dengan indah.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa makna leksikal idiom te ga hayai memiliki keterkaitan dengan makna kiasannya karena menunjukkan keadaan tangan pada situasi yang diungkapkan makna kiasannya.
Contoh kalimat yang menggunakan idiom ini, adalah:
a.    watashi  wa     ji          wo
Saya               N-huruf              
kirei     ni    kaku         no
Adj-indah           Vtrns-menulis
wa   te          ga        warui
       N-tangan                 Adj-buruk 
                                  
`saya tidak mampu menulis dengan indah `
(2.c) Sedangkan pengertian makna kiasan yang ketiga dari  idiom te ga warui ini digunakan untuk mengungkapkan suatu ketidakmampuan seseorang dalam bermain kartu atau bermain mahyong. Karena ketidakmahiran dalam permainan kartu, maka tangan yang bermain kartu dikatakan tangan yang buruk. Hal ini sesuai dengan perubahan makna kata te `tangan` yang berubah makna menjadi `kemampuan`. Namun, karena dalam idiom ini mengandung kata warui (buruk), maka perubahan maknanya pun menjadi berlawanan, yaitu tidak mampu.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa makna leksikal idiom te ga warui memiliki keterkaitan dengan makna kiasannya karena menunjukkan keadaan tangan pada situasi yang diungkapkan makna kiasannya.
Contoh kalimat yang menggunakan
idiom ini, adalah:
a.     Toranpu  de      mochi
     N-kartu                N-membawa 
satsu                ni       
N-uang kertas 
     te         ga    warui
     N-tangan               Adj-buruk                                                                            (WR)
`tidak  mahir bermain judi dengan menggunakan kartu`
(3) Te           ga      nagai
   N-tangan                    Adj-panjang
`tangannya panjang`
= tekuse ga warui, nusumikuse ga aru 
`bertangan usil, adanya kebiasaan mencurIdiom te ga nagai mempunyai makna leksikal `tangannya panjang`. Sementara makna kiasannya adalah `bertangan usil, adanya kebiasaan mencuri`.
Idiom ini mempunyai persamaan arti dengan idiom dalam bahasa Indonesia yaitu idiom tangan panjang. Orang yang suka mencuri diibaratkan orang yang mempunyai tangan yang bisa menjangkau keberadaan suatu benda untuk diambil. Hal ini sesuai dengan perubahan makna kata te `tangan` yang berubah makna menjadi `perantara`, yaitu tangan dijadikan perantara untuk mengambil suatu benda.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa makna leksikal idiom te ga nagai memiliki keterkaitan dengan makna kiasannya karena menunjukkan keadaan tangan pada situasi yang diungkapkan makna kiasannya.
Contoh kalimat yang menggunakan idiom ini, adalah:
a.    Te           ga       nagai
N-tangan                   Adj-panjang
hito      wa    kanarazu   
N-orang           pasti
warui      hito de aru   
Adj-buruk   N-orang
`orang yang mempunyai kebiasaan mencuri, bisa dipastikan bahwa orang      tersebut orang yang tidak baik`
b.     Ano otoko no ko      wa  te
N-anak laki-laki itu                         N-tangan
ga     naga      no de      kare
          Adj-panjang   karena      N-dia
 to        ningen kankei
dengan     N-hubungan sesama manusia
o   suru no         o     iyagaru.
    Vtrns- melakukan             V-enggan

`karena anak laki-laki itu mempunyai kebiasaan mencuri, saya jadi enggan   bergaul dengannya`
c.    Aitsu   wa  te      ga   hayai
N-orang itu         N-tangan       Adj.cepat
Kara   ki o tsukeroo!!
karena   berhati-hati
`karena anak laki-laki itu mempunyai kebiasaan mencuri, berhati-hatilah dengannya`



BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan analisis yang penulis lakukan mengenai idiom bahasa Jepang yang menggunakan nama bagian tubuh tangan, dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu:
(1)    Idiom yang mempunyai struktur sintaksis te + ga + Adj. tidak memiliki       bentuk negatif, misalnya, te ga hayai, te ga warui, dan te ga nagai. Sehingga, tidak didapati idiom  te ga hayakunai, te ga warukunai, dan te ga nagakunai.
(2)   Idiom yang sama bisa memiliki beberapa arti yang sangat berlainan.
Misalnya, te ga hayai dan te ga warui.

Contoh:
1.Te ga hayai
1.a. Ano otoko wa onna ni te ga hayai.
1.b. Ano hito wa te ga hayai node  
   shigoto ga hayaku owaru.
1.c. Otto ga tsuma ni taishite te ga hayai
   no wa mondai da.

2.Te ga warui
2.a. Konkai no purojekkuo wa shippai ni
   owatta. Riyuu wa       sekininsha
   wo hajimekakawatta hitotachi no
   te ga warukatta karada.

2.b. Watashi wa ji wo kirei ni kaku no
    wa te ga warui.

2.c. Toranpu de mochi satsu ni te ga
    warui.

(3)   Makna idiomatik terjadi setelah
unsur sebelah kanan dengan unsur sebelah kiri menunjukkan suatu perbandingan. Misalnya idiom te ga hayai pada kalimat Ano hito wa te ga hayai node shigoto ga hayaku owaru. Pada contoh idiom diatas masih ada keterkaitan antara unsur sebelah kanan te dengan unsur sebelah kiri, yaitu  hayai.






















DAFTAR PUSTAKA
Badudu, JS dan Zain, Sutan Mohammad.
      1994.         Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Chaer, Abdul. 1995.   Pengantar  
      Semantik Bahasa Indonesia.
       Jakarta: PT Rineka Cipta
Fujiwara, Yoichi  [藤原 与一], dkk.
        1989.       Hyoogen Ruigo Jiten
         [現類語辞典] [Kamus Sinonim
        Ungkapan]. Tokyo [東京]:
        Tookyoodooshutsuhan [東京堂
         出出版].
Garrison, Jeffrey G.1996        Idiom Bahasa
        Jepang: Memakai Nama-nama
        Bagian Tubuh. Jakarta:
        Kesaint Blanc.
Hata Koohei [秦 恒平]. 1984. Karada
        Kotoba no Hon [からだ言葉の本] [Buku tentang Istilah
        Tubuh]. Tokyo [東京]:
        Chikumashoboo[筑摩書房]
Horiguchi Kazuyoshi [堀口 和吉].1995.
         (_wa­_) no hanashi [ 「_
          _」のはなし] [Pembicaraan  
         tentang (_wa_)]. Tokyo [
         ]: Hitsujishoboo
          [ひつじ書房]
Nakamura Akira [中村 明] 1986       Hiyu
         Hyoogen Jiten [比喩表現辞典]
         [Kamus Perumpamaan
         Ungkapan]. Tokyo [
           ]:Kadogawashoten   [角川書店].
Iwabuchi Etsu Taroo [岩淵悦 太郎]  
       1994.        Kokugo Jiten [国語辞
        ] [Kamus Bahasa Nasional].
      Tokyo [東京]: Iwanamishoten
      [岩波書店].
Keraf, Gorys. 1985.    Diksi dan
     Gaya Bahasa: Komposisi  
     Lanjutan I. Jakarta: PT. Gramedia
Kridalaksana, Harimurti. 1993.
      Kamus Linguistik ed.3. Jakarta:  
      PT. Gramedia
Miyaji Yutaka [宮路 裕]. 1984.
      Kanyooku no Imi to Yohoo [慣用
      句の意味と用法] [Arti dan Cara
      Penggunaan Idiom]. Tokyo
      [東京]: Meijishoin [明示書院]
Morita Yoshiyuki [森田 良行]. 1990.            Nihongogaku to Nihongo
       Kyooiku [日本語学と日本語教育]   
       [Ilmu Bahasa Jepang dan  
       Pendidikan Bahasa Jepang].
      Tokyo [東京]: Bonjinsha [凡人者]

Shinmura Izuru [ 新村 出]. 1985.                  Kojien [広辞苑] [Kamus Umum]
            Tokyo [東京]: Hitsujishoboo   [ひつじ書房]
Suzuki Takao. 1990. Nihongo no Goi to
      Hyoogen [日本語の語彙と表]  
      [Kosakata dan Ungkapan Bahasa    
      Jepang]. Tokyo [東京].    
      Taishuukanshoten. [大修館書店].
Yamanashi Masaaki [山梨 正明].1999.
       Ninchi Bunpoo Ron [認知文法
       ] [Teori Tata Bahasa
       Kognitif]. Tokyo [東京]:
       Hitsujishoboo [ひつじ書房].












(


















PUSTAKA LAMAN



[1]Miyaji Yutaka (1984: 247)
[2]Suzuki Takao (1990:155)
[3]Makna kiasan: pemakaian kata dengan makna yang tidak sebenarnya (Kridalaksana1993:132).

[4] Makna leksikal: makna yang  mempunyai unsur-unsur bahasa lepas dari penggunaannya atau konteksnya (Kridalaksana 1993:149).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kamus Onomatope Bahasa Jepang

Sistem Komunikasi Binatang